Langkah-langkah membuat outline
1.  Tentukan tema apa yang akan Anda tulis.
2.  Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang  datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.
3.   Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.
4.   Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi. Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu.  Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya,  kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.
5.   Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis.  Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis.  Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak  ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir,  kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya  sampai gagasan yang terakhir.
6.   Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap.  Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda  mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf.  Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.
Macam-macam outline
Macam – macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu :  berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan  teksnya.
Berdasarkan Perincian
Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka  dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka  karangan formal.
Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu,  sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi  dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan – perombakan  yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat  sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena  ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan  pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian  harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat – kalimat, alinea –  alinea atau bagian – bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan  karangannya, atau bagaimana susunan bagian – bagiannya.
Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari  tesis dan pokok – pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian.  Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa  topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan  itu.
Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan  bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu  topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera  menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang  sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan  tepat, kemudian di pecah – pecah menjadi bagian – bagian bawahan ( sub –  ordinasi ) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya.  Tiap sub – bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian – bagian  yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu  sejelas – jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka  karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di  sebut kerangka formal.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut:
1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan  sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah  rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3.Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4.Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.
Unsur alinea
1. Alinea yang Memiliki Empat Unsur
Susunan alinea jenis ini terdiri atas :
a. Tarnsisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
b. Kalimat topik;
c. Kalimat pengembang;
d. Kalimat penegas.
2. Alinea yang Memiliki Tiga Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
a. Transisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
b. Kalimat topik;
c. Kalimaat pengembang.
3. Alinea yang Memiliki Dua Unsur
Alinea jenis ini terdiri atas :
a. Kalimat topik;
b. Kalimat pengembang.
Ciri-ciri pembuatan kalimat utama:
Kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang dapat diperinci.
Contoh: Rara Andhari adalah istri yang soleha,
kalimat ini dapat dijelaskan lebih lanjut apa saja yang membuktikan  bahwa Rara Andhari adalah seorang istri yang soleha dapat dibuat lengkap  dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung.
Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dll..
Kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di  dalam paragraf, lalu kalimat penjelas sering memerlukan kalimat  penghubung. Kelengkapan paragraf berhubungan dengan cara mengembangkan  paragraf.
Macam-macam alinea
1. Alinea Pembuka
Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang  paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya alinea pembuka  itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para  pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para  pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau  dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk  memasuki alinea isi. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi  pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan  pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah  wacana atau karangan.
2. Alinea Isi
Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam  sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan  bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah  alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok  tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai  dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.
3. Alinea Penutup
Alinea penutup merupakan alinea-alinea yang mengakhiri atau menutup  suatu wacana atau karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari  masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan  sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan  yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena  bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik  ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan  tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para  pembaca.
Untuk menciptakan sebuah wacana atau karangan yang baik diperlukan  ketiga aspek tersebut agar para pembaca dapat membaca dan mengerti arti  dari wacana atau karangan yang kita buat. Selain itu kita harus membaca  terlebih dahulu wacana atau karangan yang kita buat agar kita tahu  dimana letak kesalahan kita supaya kita dapat memperbaiki tau merevisi  karangan kita sebelum dibaca oleh banyak orang.