PENALARAN
Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitannya dengan berpikir dan logika. Sadar atau tidak,dalam hidup ini kita selalu berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam hubungan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk menghasilkan suatu kesimpulan ini lah yang kita katakan sebagai proses bernalar. Penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang penalaran induktif terlebih dulu.
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Atau secara singkat dapat kita katakan sebagai penarikan kesimpulan dari sesuatu yang sifatnya khusus menjadi yang sifatnya umum. Penalaran induktif sendiri dapat kita bedakan lagi menjadi generalisasi, analogi, dan sebab-akibat (kausal).
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup fenomena tadi. (Gorys Keraf, 1994:43).
Contoh:
- Andi adalah anak kelas 3ka01 dan dia rajin.
- Dina juga anak kelas 3ka01, dan dia rajin.
Jadi disimpulkan bahwa anak kelas 3ka01 adalah anak yang rajin.
Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Generalisasi sempurna : dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
2. Generalisasi tidak sempurna : dimana sebagian fenomena sejenis yang menjadi dasar penyimpulan belum diselidiki.
Dari segi bentuk, generalisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Loncatan Induktif
Generalisasi ini bertolak dari beberapa fakta yang dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh:
Shela suka membaca buku. Krisna juga suka membaca buku. Linda suka menulis puisi. Sinta suka mengarang cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak kelas 3ka01 suka literatur.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Contoh:
Pak Adam menyukai seni pahat. Istrinya, Bu Tati, menyukai seni tari . Putri mereka, Tania, menyukai seni lukis. Adik Tania menyukai origami. Jadi, dapat dikatakan bahwa keluarga Pak Adam menyukai seni.
2. Analogi
Analogi adalah penarikan kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Tujuan dari analogi adalah untuk meramalkan kesamaan, menyingkap kekeliruan, dan menyusun klasifikasi.
a. Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.
Contoh: 1. Nita adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
2. Edo adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
3. Ade adalah anak Pak Rosidi.
Konklusi : Ade anak Pak Rosidi adalah anak yang baik dan jujur.
Konklusi yang ada lebih luas dari premis-premis yang ada. Dua anak Pak Rosidi anak yang baik dan jujur, namun tidak menjamin bahwa anak yang ketiga juga anak yang baik dan jujur.
b. Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang dikenal. Atau dapat kita katakan, membandingkan dua hal yang berbeda dengan sebuah perumpamaan yang serupa.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.
c. Analogi Logis
Kesimpulan dari analogi logis tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris.
Contoh :
a. "Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak". Kalimat tersebut tidak sama dengan "semua perempuan mengandung dan melahirkan anak".
b. "Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi". Kalimat tersebut sama maknanya dengan "semua orang bijaksana menyukai puisi".
3. Kausal
Kausalitas adalah penarikan kesimpulan yang didasarkan atas hubungan ketergantungan antar kalimat yang mengindikasikan adanya hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.
a) Kausalitas Sebab-Akibat
Pola penalaran ini diawali dengan penjelasan sebab-sebab suatu peristiwa terlebih dulu, setelah itu memaparkan akibat-akibat yang ditimbulkan.
Contoh:
Kemarin malam Ade kurang tidur. Pagi ini ia mengikuti pelajaran olah raga. Sorenya ia mengikuti pembinaan basket. Ketika perjalanan pulang dari sekolah, ia kehujanan. Akibatnya, keesokan harinya Ade jatuh sakit.
b) Kausalitas Akibat-Sebab
Contoh :
Pagi ini Mirna tidak mau keluar dari kamarnya. Adiknya, Krisna, tidak mau memakan sarapannya. Ayah juga lesu. Semua terjadi karena Ibu marah-marah kemarin malam.
_________________________________
Sumber:
http://afirmanto.blogspot.com/2010/05/generalisasi.html
http://www.scribd.com/doc/41883214/Pola-Penarikan-Kesimpulan
http://www.scribd.com/doc/9678460/Aspek-Penalaran-Dalam-Karangan
http://nita-afrilia.blogspot.com/2011/02/penalaran-induktif.html
Rabu, 07 Maret 2012
Deduktif..
Apa itu penalaran deduktif?
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan premis-premis atau pernyataan dasar dari satu atau beberapa pernyataan. Artinya, apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan tersebut. Jadi sebenarnya, kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan adalah pernyataan lain dari pernyataan yang telah ada, yang pada intinya adalah sama ( secara logika sama, hanya saja berbeda penulisan ). Hal ini pula yang membedakan penalaran deduktif dengan induktif. Pada induktif, akan dihasilkan kesimpulan baru, sedangkan pada deduktif akan menghasilkan kesimpulan yang sebenarnya sudah ada pada pernyataan tersebut. Menurut bentuknya, penalaran deduktif mungkin merupakan silogisme dan entimem.
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan premis-premis atau pernyataan dasar dari satu atau beberapa pernyataan. Artinya, apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan tersebut. Jadi sebenarnya, kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan adalah pernyataan lain dari pernyataan yang telah ada, yang pada intinya adalah sama ( secara logika sama, hanya saja berbeda penulisan ). Hal ini pula yang membedakan penalaran deduktif dengan induktif. Pada induktif, akan dihasilkan kesimpulan baru, sedangkan pada deduktif akan menghasilkan kesimpulan yang sebenarnya sudah ada pada pernyataan tersebut. Menurut bentuknya, penalaran deduktif mungkin merupakan silogisme dan entimem.
Silogisme
Penalaran deduktif umumnya terdiri dari tiga bagian : premis mayor, premis minor, dan konklusi. Suatu logika argumen adalah kumpulan dari pernyataan-pernyataan yang dinyatakan untuk dibenarkan sebagai dasar dari rantai penalaran. Salah satu jenis logika argumen adalah silogisme.
Silogisme dapat direpresentasikan ke dalam bentuk aturan JIKA...MAKA... (IF...THEN...), contoh :
premis 1 : hari hujan, saya tidak ke kampus.
premis 2 : hari hujan.
konklusi : saya tidak ke kampus.
Secara singkat silogisme dapat dituliskan : Jika A=B dan B=C Maka A=C
Premis dan konklusi didefinisikan sebagai statemen yang pasti dari empat bentuk berikut:
-------------------------------------------------------------------------------------
Bentuk Skema Arti
-------------------------------------------------------------------------------------
A Semua S adalah P Universal Affirmative
E Tidak S adalah P Universal Negative
I Beberapa S adalah P Particular Affirmative
O Beberapa S bukan P Particular Negative
-------------------------------------------------------------------------------------
Subjek dari konklusi S disebut bagian minor bila predikat konklusi P adalah bagian mayor.
Contoh:
premis mayor : Semua M adalah P
premis minor : Semua S adalah M
konklusi : Semua S adalah P
Silogisme di atas adalah bentuk standar karena premis mayor dan minor sudah diketahui.
a. Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)Semua makhluk hidup membutuhkan air (premis mayor)……………….M……………..PHewan adalah makhluk hidup (premis minor)….S……………………..MHewan membutuhkan air (konklusi)….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)Semua makhluk hidup membutuhkan air (premis mayor)……………….M……………..PHewan adalah makhluk hidup (premis minor)….S……………………..MHewan membutuhkan air (konklusi)….S……………..P
- Hukum-hukum Silogisme Katagorik
a. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga.
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
b. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga.Semua korupsi tidak disenangi.Sebagian pejabat adalah korupsi, jadiSebagian pejabat tidak disenangi.(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
c. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,jadi: Banyak cendekiawan tidak jujur.Jadi: Beberapa pedagang adalah kikir. Kesimpulan yang diturunkan
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,jadi: Banyak cendekiawan tidak jujur.Jadi: Beberapa pedagang adalah kikir. Kesimpulan yang diturunkan
d. Dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti
Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut,
Jadi: Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik (adalah tidak sah)
Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut,
Jadi: Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik (adalah tidak sah)
1) Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
2) Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)
3) Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan lenjadi salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-
kan pada premis adalah positif)
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-
kan pada premis adalah positif)
4) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna mda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu
yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor
berarti planet yang mengelilingi bumi).
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu
yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor
berarti planet yang mengelilingi bumi).
5) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, preidkat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan komklsinya.
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian anteseden.
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuen.
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari anteseden.
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuen.
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut:
berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
c. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyaialternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
temyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
temyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Sumber:
Saya,siapa?
Menelisik pada judul tulisan ini,sudah dapat dipastikan saya akan memperkenalkan diri,menuliskan semua hal yang memang melekat pada diri,atau yang sudah tertanam sejak dini,baik itu bakat terpendam ataupun atau pengaruh lingkungan.mau tidak mau,setelah anda membaca tulisan ini anda akan mengetahui siapakah saya.
Mari dimulai dengan mengenal saya dari nama saya.Jamaris adalah nama saya.tujuh huruf yang terasa singkat untuk mewakili sebuah penamaan.Jika ada yang melayangkan pertanyaan kepada saya tentang arti nama itu,saya pun sampai Anda membaca tulisan ini,masih belum pahami betul maksud yang ingin orang tua saya sampaikan pada nama itu.Jelasnya,yang saya tahu,nama itu merupakan nama dari suku minang.
Ya,Saya lahir dari sepasang suami istri yang sama-sama lahir di ranah minang.Lima hari setelah tulisan ini resmi diposting,adalah 21 tahun yang lalu Saya hadir dengan tangisan pertama dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.Adik perempuan Saya sedang tempuh kuliah tahun pertama di IPB,dan Adik laki-laki Saya sedang hadapi tahun terakhirnya di Sekolah Dasar.
Saya masih akan membahas tentang nama.Masa kecil Saya diakrabkan dengan panggilan 'Aris'.Tidak mengherankan,karena itu merupakan unsur dari nama panjang Saya.Namun,memasuki masa sekolah dasar,Saya harus terima kenyataan,bahwasanya Saya harus mendengar orang-orang memanggil Saya dengan nama lengkap,JAMARIS.Hal itu terjadi karena teman sekelas juga ada yang bernama Aris.
Beranjak masa SMP,Saya lebih akrab dipanggil dengan nama JAMS.Itulah titik balik Saya,dimana Saya akan jarang sekali mendengar orang memanggil Saya dengan panggilan kecil Saya,kecuali keluarga dan tetangga di rumah saja.Pada dasarnya,Saya terkadang rindu dipanggil dengan nama itu.
Saya pernah mengalami tahap pra-sekolah di TK Al-Kahfi,Gudang Air,Jakarta Timur.Jujur,Saya rasa bisa di sana hanya karena bunda ikuti tetangganya yang juga mem-pra-sekolah-kan anaknya di sana.Setelah setahun disana,Saya menjalani masa sekolah dasar di SDN GEDONG 09 PAGI.Sejak kelas satu hingga kelas enam,Alhamdulillah Saya selalu dalam 10 pertama peringkat nilai di kelas.Dalam ingatan Saya,pernah sekali mendapat hadiah berupa potongan pembayaran untuk kegiatan sinawisata (study tour) yang kala itu berkesempatan mengunjungi sea world,Ancol.
Enam tahun Saya habiskan di SD itu,Saya kemudian melanjutkan Sekolah Saya di SMPN 103 JAKARTA.Saat kelas dua SMP,saat terdengar kabar bahwa setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti satu kegiatan ekstra kurikuler,maka Saya akhirnya memilih untuk masuk ekskul ROHIS (Rohani Islam).Sebelum di Rohis,Saya pernah mengikuti ekskul basket,juga marching band,tetapi hanya semangat pada awal pertemuan saja.
Jelang masa regenerasi kepengurusan Rohis,ternyata Saya masuk salah satu kandidat ketua Rohis untuk satu tahun berikutnya.Alhasil,Saya terpilih menjadi Sang Ketua.Cukup berat Saya jalani amanah tersebut,karena di Organisasi ini,Saya dan teman-teman benar-benar dicetak untuk jadi kader yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Saya mengakhiri masa SMP dengan baik,setidaknya menurut Saya sendiri.Pertama karena Saya berhasil menjadi peringkat pertama di kelas.Namun,akan beda hasilnya jika raport Saya dibandingkan dengan kelas lain yang mungkin jauh lebih baik dari yang Saya raih.Dan yang kedua adalah Saya berhasil masuk SMA yang Saya inginkan,yakni SMAN 39 JAKARTA.Setelah masa indah Saya lalui di sana,akhirnya sampailah Saya pada Universitas Gunadarma.
Dalam pemilihan tempat kuliah,Saya tidak sama sekali mencoba peruntungan Saya di ujian masuk universitas di luar Jakarta.Hal itu dikarenakan Saya yang diharapkan bisa bantu Ayah di pasar.Ayah Saya bekerja sebagai pedagang kategori grosir di Pasar Induk Kramat Jati.Sebagai Anak pertama,ditambah lagi Saya adalah Anak laki-laki,Saya sangat diproyeksikan untuk bisa kelak menggantikan posisi Ayah disana,tetapi sama sekali mereka tidak memaksakan kehendak mereka untuk itu.
bersambung...
Beranjak masa SMP,Saya lebih akrab dipanggil dengan nama JAMS.Itulah titik balik Saya,dimana Saya akan jarang sekali mendengar orang memanggil Saya dengan panggilan kecil Saya,kecuali keluarga dan tetangga di rumah saja.Pada dasarnya,Saya terkadang rindu dipanggil dengan nama itu.
Saya pernah mengalami tahap pra-sekolah di TK Al-Kahfi,Gudang Air,Jakarta Timur.Jujur,Saya rasa bisa di sana hanya karena bunda ikuti tetangganya yang juga mem-pra-sekolah-kan anaknya di sana.Setelah setahun disana,Saya menjalani masa sekolah dasar di SDN GEDONG 09 PAGI.Sejak kelas satu hingga kelas enam,Alhamdulillah Saya selalu dalam 10 pertama peringkat nilai di kelas.Dalam ingatan Saya,pernah sekali mendapat hadiah berupa potongan pembayaran untuk kegiatan sinawisata (study tour) yang kala itu berkesempatan mengunjungi sea world,Ancol.
Enam tahun Saya habiskan di SD itu,Saya kemudian melanjutkan Sekolah Saya di SMPN 103 JAKARTA.Saat kelas dua SMP,saat terdengar kabar bahwa setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti satu kegiatan ekstra kurikuler,maka Saya akhirnya memilih untuk masuk ekskul ROHIS (Rohani Islam).Sebelum di Rohis,Saya pernah mengikuti ekskul basket,juga marching band,tetapi hanya semangat pada awal pertemuan saja.
Jelang masa regenerasi kepengurusan Rohis,ternyata Saya masuk salah satu kandidat ketua Rohis untuk satu tahun berikutnya.Alhasil,Saya terpilih menjadi Sang Ketua.Cukup berat Saya jalani amanah tersebut,karena di Organisasi ini,Saya dan teman-teman benar-benar dicetak untuk jadi kader yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Saya mengakhiri masa SMP dengan baik,setidaknya menurut Saya sendiri.Pertama karena Saya berhasil menjadi peringkat pertama di kelas.Namun,akan beda hasilnya jika raport Saya dibandingkan dengan kelas lain yang mungkin jauh lebih baik dari yang Saya raih.Dan yang kedua adalah Saya berhasil masuk SMA yang Saya inginkan,yakni SMAN 39 JAKARTA.Setelah masa indah Saya lalui di sana,akhirnya sampailah Saya pada Universitas Gunadarma.
Dalam pemilihan tempat kuliah,Saya tidak sama sekali mencoba peruntungan Saya di ujian masuk universitas di luar Jakarta.Hal itu dikarenakan Saya yang diharapkan bisa bantu Ayah di pasar.Ayah Saya bekerja sebagai pedagang kategori grosir di Pasar Induk Kramat Jati.Sebagai Anak pertama,ditambah lagi Saya adalah Anak laki-laki,Saya sangat diproyeksikan untuk bisa kelak menggantikan posisi Ayah disana,tetapi sama sekali mereka tidak memaksakan kehendak mereka untuk itu.
bersambung...
Langganan:
Postingan (Atom)